Bisnis, JAKARTA – Meskipun ada pemilihan umum Presiden (Pilpres) pada Februari lalu dan juga ketegangan geopolitik, namun tak menyurutkan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) untuk memiliki rumah.
Direktur Consumer & Commercial Lending PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk Hirwandi Gafar mengatakan pasar bisnis properti residensial di Indonesia akan tetap bertumbuh di sepanjang tahun ini. Hal ini karena kebutuhan akan hunian masih cukup besar.
Seiring kenaikan BI-rate sebesar 25 bps menjadi 6,25%, suku bunga deposit facility sebesar 25 bps menjadi 5,50%, dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 7,00% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 23 hingga 24 April kemarin tak mendorong Bank BTN dalam menaikkan bunga kredit pemilikan rumah (KPR) non subsidi.
“Sampai 3 bulan mendatang, suku bunga BTN tidak akan mengalami perubahan, karena kami yakin kondisi membaik. Untuk bunga KPR subsidi juga tak berubah tetap 5%,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (5/5/2024).
Baca Juga: Spektakuler, Pengembang ini Bukukan Penjualan 2.000 Unit Dalam Tempo Dua Bulan
Pada kuartal I/2024, BTN membukukan pertumbuhan kredit dan pembiayaan sebesar 14,8% menjadi Rp344,2 triliun, dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp299,7 triliun.
Adapun kredit dan pembiayaan perumahan masih menyumbang porsi mayoritas sekitar 85% dari seluruh kredit dan pembiayaan yang disalurkan perseroan.
Selama kuartal I/2024, total kredit dan pembiayaan perumahan mencapai Rp292,7 triliun naik 10,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp264,5 triliun.
Dari jumlah tersebut penyaluran KPR Subsidi masih menjadi yang terbesar mencapai Rp167 triliun, naik 12,3% pada kuartal I/2024 dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp148,6 triliun. Sementara itu, KPR non subsidi naik 11,2% menjadi Rp98,8 triliun dari Rp88,8 triliun pada kuartal I/2023.
BTN terus berkomitmen dalam mendukung penyaluran FLPP rumah subsidi maupun KPR rumah komersial. Namun demikian, BTN akan lebih banyak menyasar penyaluran KPR non subsidi karena KPR dengan harga hunian di atas Rp750 juta mengalami pertumbuhan sebesar 176,6% (Year-on-Year/YoY) yakni mencapai Rp1,05 triliun dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp380 miliar.
CEO Vista Land Group Alexander Tirta menuturkan dalam 2 bulan, pihaknya berhasil menjual 2.000 unit rumah di 20 proyek wilayah Jabodetabek dan Serang (Banten) yang melakukan promo masif.
Menurutnya, penjualan properti residensial ini menunjukkan kebutuhan hunian yang masih sangat tinggi. Terlebih, pascapemilu 2024, masyarakat akan wait and see, apalagi juga ada bulan Ramadhan dan Idul Fitri yang umumnya penjualan menurun di momen-momen tersebut.
”Walau terdapat tantangan tahun politik, puasa, dan lebaran di Maret hingga April, tapi hasil penjualan sangat menggembirakan. Terjual 2.000 unit rumah di program Vista Pora 5.5 2024 ini,” katanya, Minggu (5/5/2024).
Direktur Vista Land Group Esther Kristiany Hadi menuturkan selain rumah subsidi, perusahaan juga mengembangkan perumahan komersial dengan harga terjangkau pada 5 proyek yang tersebar di Bekasi, Cibitung, Cileungsi dan Citeurep.
Baca Juga: 2.000 Unit Rumah Sold Out dalam Dua Bulan, Vista Land Sukses Gelar Vista Pora 5.5
Untuk menggarap proyek hunian komersial ini, pengembang membentuk satu anak entitas baru yang dinamakan Harmoni Park. Hal ini karena hunian MBR komersial sangat besar terutama bagi segmen milenial dna keluarga muda dalam membeli hunian pertama.
“Harga rumah komersial mulai dari Rp300 juta hingga Rp800 juta. Salah Satu proyek yang baru digarap Harmoni Park Bekasi dengan luas pengembangan 30 hektare yang terletak di Babelan, yang tidak jauh dari kota mandiri Harapan Indah,” ucapnya.
Pihaknya terus berkomitmen untuk melakukan serah terima unit tepat waktu, memberikan kualitas bangunan dan fasilitas terbaik. Selain itu, juga akan terus melakukan inovasi dan memperbanyak cadangan lahan.
“Kami akan terus fokus untuk menambah proyek baru untuk lebih luas mencapai daerah-daerah yang diinginkan oleh konsumen. Kemitraan BTN dengan Vista Land Group itu sudah sejak tahun 2007 dengan menjual lebih dari 40.000 unit,” tuturnya.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah mengatakan permintaan hunian rumah subsidi tetap tinggi meskipun terdapat tekanan eskalasi geopolitik dan kondisi ekonomi global yang tak menentu.
“Untuk rumah subsidi memang permintaan ada dan cenderung meningkat namun memang untuk hunian MBR komersial dari Rp200 juta hingga Rp500 juta ini melemah karena kondisi habis Lebaran, uang pada habis. Kemarin setelah Pemilu sempat meningkat segmen rumah MBR komersial ini. Kami yakin akan naik kembali permintaan,” terangnya.